Bila kita lihat ke angkasa pada malam hari (kalo ga mendung) kita dapat melihat banyak bintang di sana. Namun terkadang ada beberapa bintang yang menjadi fokus perhatian kita. Baik itu yang paling terang, paling bercahaya, paling besar, maupun berada di sudut. Bintang tsb. pasti memancarkan sesuatu yang khas yang menarik banyak perhatian. Sama halnya dengan manusia, manusia pun sebenarnya memiliki potensi layaknya sebuah bintang. Ingin dilihat, ingin dikagumi, ingin lebih bercahaya daripada yang lain, dan sebagainya. Ya... namun tak sedikit orang yang belum mampu mengeluarkan potensi dalam dirinya. Potensi inilah yang suatu saat menjadi charming yang menjadi daya tarik bagi sekitarnya.
Emang semua bisa menjadi bintang? kenapa sih harus menjadi bintang? itu kan pilihan bukan suatu keharusan?
Yep... kalo jadi bintang di dunia (idola) memang merupakan suatu pilihan. Itu hak semua orang. Ingin menjadi seperti itu atau tidak. Tapi tentu saja berbeda di hadapan Tuhan. Siapa coba yang tidak ingin menjadi idola di hadapan Tuhan? Para sahabat rasul saja berlomba-lomba menjadi seseorang yang terbaik ketika nanti akan bertemu dengan-Nya.
Balik lagi pada, "Kenapa sih harus menjadi bintang?"
- Karena kita mampu
sebagai makhluk ciptaan-Nya, apa sih yang tidak mungkin bila kita usahakan (+ bila diridhoi Allah). Allah yang Maha Sempurna, mampu menjadikan kita sesuai kehendak-Nya. Kun fayakun.
- Mensyukuri karunia Tuhan
Syukur itu menggunakan dan mengaplikasikan semua potensi, nikmat, aset, karunia Allah secara maksimal. Jika kita tidak bersyukur berarti kita kufur (naudzubillah). Jika ingin menjadi orang hebat, maka jadilah diri sendiri, jangan mengikuti orang lain (kecuali Rasulullah beserta sahabatnya). Cukup ambillah hal positif yang dimiliki orang lain.
- Persaingan makin ketat
Berkembangnya zaman itu berbanding lurus dengan ketatnya persaingan. Berlomba-lombalah dalam melakukan kebaikan. Jangan pernah berfikir untuk menjadi yang terbelakang. Jangan puas dengan berada di urutan kesepuluh, kedua, bahkan pertama.
- Tuntutan Kehidupan
Sebenarnya menjadi bintang sudah menjadi hasrat yang dimiliki oleh semua manusia. maka kita memang dituntut untuk berusaha menjadi yang terdepan. Meskipun tidak di segala aspek atau bidang tertentu, menjadi yang terbaik di hadapan Tuhan semampu kita juga merupakan tuntutan dunia + akhirat.
- Merubah nasib
"Do it!!! the opportunities will never change when you're stop think and act". Sering kita mendengarnya untuk memotivasi ulang diri kita. Mulailah dari perubahan yang kecil. Kita harus mengeksplorasi diri kita. Jangan pernah menyalahkan sesuatu / siapa pun. Lihatlah dari sudut pandang yang berbeda. Nasib itu bukan takdir. Allah pun sangat mencintai hamba-Nya yang selalu meng-improve dirinya dengan sungguh-sungguh.
- Hidup di bumi harus sempurna
Memang kehidupan akhirat, surga, tak sebanding dengan kenikmatan dunia. Namun Islam pun tidak mengajarkan kita untuk lepas dari dunia ini. Kita tetap dituntut untuk melakukan yang terbaik, berusaha, dan meraih perolehan maksimal selama kita hidup di dunia ini. Apalagi bila segala yang kita lakukan berlandaskan amal kepada Allah. Amal itu aktivitas, kreativitas, dan konstruktivitas. Orang saleh adalah orang yang banyak amalnya, bukan yang sedikit dosanya. Islam selalu mengajarkan optimalitas.
Terkadang apa yang kita usahakan sulit atau lama tercapai.
Gagal menjadi bintang???
apa mungkin karena:
- Gambaran diri (sifat & perilaku) yang buruk
- Faktor sukses di luar jangkauan (sering menyalahkan)
- Tanggung jawab yang buruk
- Seniman alasan (Jago banget ngeles-nya)
- Motivasi rendah
- Hati cepat puas
- Rektorika, bukan argumentasi (banyak berdalih)
- Perspektif keagamaan yang keliru
- Tak ingat mati
- Tak ingat pada Yang Maha Kuasa (naudzubilah)
Tenang saja...
Allah tidak pernah menciptakan produk gagal. Kekurangan akan menjadi suatu kelebihan.
Cobaan itu tak selamanya merupakan suatu keburukan, tetapi juga dapat menjadi sebuah kebaikan bagi diri kita untuk selalu merubah diri kita menjadi lebih baik lagi.
Orang sukses berpegang pada dalil bukan pada dalih.
"Jika kamu percaya bahwa kamu mampu atau kamu percaya bahwa kamu tak mampu, maka kamu benar"
-Henry Ford-
Hidup ini bagai marathon...
Semakin dekat finish, maka kecepatan lari bukan berkurang justru bertambah dan malah lebih bersemangat untuk mencapai finish.
Tentu saja hal ini perlu diimplementasikan pada amal dan kinerja hidup kita di dunia. Islam tidak mengajarkan seseorang untuk pensiun. Hasil yang diterima sesuai dengan usaha yang telah dikeluarkan.
Kita tentu perlu mengenal diri. Ada berbagai macam yang dapat dilakukan, misalnya:
- Ingat cita-cita, minat, hobi, dll.
- Berbuat, berbuat, berbuat (Trial & Error)
- Coba dan cobamlagi
- Belajarlah dari alam
- Merenung di alam yang masih natural (efektif untuk mengetahui siapa diri kita)
- Bertanya pada orang lain
- Kenali Allah
- Ridha atas unjian-Nya
Dan yang perlu kita ingat selama proses "Dari kekurangan menuju kelebihan", di antaranya:
- tak ada manusia yang sempurna
- Di atas langit masih ada langit
- Kelebihan adalah kekurangan kita (hati-hati)
- Kekurangan adalah kelebihan kita
- Belajar untuk ridha
- Cari tempat, waktu, orang, dan cara yang tepat
- Kembangkan "dendam" yang konstruktif
Ya... semoga catetan kuro ini juga dapat menambah semangat kita semua. Uda lama soalnya, ini catetan waktu ikut majelis yang diisi oleh Kang Adriano Rusfi (Kang Aat) pas 10 sept 2011. hehe...
Semangat!!!
to discovery yourself and beyond
Tidak ada komentar:
Posting Komentar