Jumat, 23 Maret 2012

Astra 1st ITB "Widen Your Comfort Zone" - part 2.2

Okei... Sesi kedua masih merupakan diskusi, namun kali ini dibawakan oleh Pak Wicung. Beliau telah memiliki pengalaman bekerja di Astra selama 20 tahun. Beliau akan membahas mengenai 7 Habits yang dipelopori oleh Steven R. Covey. Habit yang cukup penting untuk dilaksanakan. Ternyata 7 Habits tak hanya di aplikasikan pada kehidupan para pelajar saja, tetapi juga perlu di aplikasikan dalam lingkungan kerja. Sebelum menjelaskan 7 habits, beliau sedikit memberikan pengantar mengenai lingkungan kerja.

 
Ada tiga hal yang dilihat oleh perusahaan / lapangan kerja, yaitu minat, potensi, dan kompetensi (soft competence + hard competence). Ketiga hal tersebut perlu kita perhatikan sebab jika kita hanya mengandalkan salah satu saja, tentu akan sulit. Minat diperlukan untuk menjaga passion, kenyamanan dan kesenangan kita dalam bekerja, potensi diperlukan agar kita mampu melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik, dan kompetensi menunjukkan kemampuan dan kesiapan kita di lingkungan kerja tersebut.

Dalam dunia kerja, kebanyakan orang lebih mempertimbangkan income yang akan mereka terima di sana. Pertimbangan lapangan kerja yang perlu kita lakukan di antaranya income per tahun ( yang sudah termasuk income tambahan), pengembangan / pembinaan, fasilitas, tunjangan, community, respect, responsibility, dll. Menurut beliau, kerja itu yang penting kita nikmatin dulu, sisanya belakangan. “Ketika Anda menikmati apa yang Anda kerjakan, Anda tidak akan tahu berkah yang akan datang tiba-tiba”.
Dalam branding, salah satu yang perlu kita perhatikan adalah kebiasaan kita karena kebiasaan yang kita lakukan dapat menjadi pola, stimulus, hingga kepribadian, dan dicap sebagai branding. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dan memperbaiki kebiasaan buruk kita. Pada dasarnya, hal tersebut dapat diubah, yang penting kita harus tahu dulu apa yang perlu diubah.

Dalam menjalani hidup, ada beberapa hal yang patut kita renungi, misalnya apa sih yang kita cari dalam hidup ini? Atau sudahkah kamu bersyukur?. Kita tidak boleh melupakan nikmat Allah dan kita perlu mengetahui hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk membalas-Nya. Denganh memperhatikan hal ini tentunya kita akan semakin berusaha belajar dan bekerja agar dapat beramal di jalan-Nya. Satu lagi yang tidak boleh kita lupakan adalah peran kita, baik sebagai anak, mahasiswa, kakak, muslim, pekerja, dll.

Tidak penting setinggi apa peran kita, yang penting adalah bagaimana kita mampu berkontribusi dengan peran yang kita miliki. Mengerti peran akan menjadikan kita orang yang dewasa psikologis yaitu mampu mandiri dalam mencapai tujuan hidup kita. Ingat kebutuhan psikis merupakan kebutuhan utama di samping kebutuhan fisik.

Dalam sosial, kita perlu membina hubungan kepercayaan dan networking pada orang lain. Kita dapat menggunakan prinsip rekening bank emosi seperti yang dipaparkan dalam 7 Habits. Dalam berhubungan dengan orang lain, kita perlu memerlukan kebaikan terlebih dahulu untuk mencapai kepercayaannya.

Taburlah pikiran, tuailah perbuatan
    Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan
          Taburlah kebiasaan, tuailah karakter
        Taburlah karakter, tuailah nasib

Sebenarnya materi 7 Habits sendiri sudah pernah kuro dapatkan, namun Pak Wicung memberikan penjelasan kembali agar tambah paham. 7 Habits sendiri sesuai namanya terdiri dari 7 kebiasaan yang menopang kemandirian dan saling berhubungan secara filosofi dan implementasinya. Ketujuh kebiasaan tersebut yaitu:
1. Be proactive                                                            (Jadilah Proaktif)
2. Begin with the end of mind                                     (Mulailah dengan Tujuan Akhir)
3. Put first thing first                                                (Dahulukan yang Utama)
4. Think win-win                                                          (Berpikir Menang-Menang)
5. Seek first to understand then to be understood    (Memahami Dahulu Baru Dipahami)
6. Synergize                                                               (Lakukan Sinergi)
7. Sharpen the saw                                                     (Asahlah Gergaji)

Kebiasaan merupakan integrasi dari pengetahuan, kemampuan, dan kemauan dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Kebanyakan hanya memiliki dua sisi yang kurang utuh sehingga kebiasaan yang dimunculkan merupakan kebiasaan yang tidak efektif. Di samping itu, kebiasaan pun disapatkan melalui siklus see-do-get. Dengan adanya pemahaman siklus tersebut, maka kita mampu menciptakan sebuah paradigma sebagai dasar dari kebiasaan baru. Pertama yang kita lakukan adalah melihat, mengetahui apa yang ingin kita capai. Setelah itu lakukan aksi sebagai realisasi kenginan dan tujuan kita. Pada akhirnya kita akan mendapatkan apa yang ingin kita capai. Hal ini berlangsung secara kontinu.

   




7 habits-nya lain waktu ya... ntar kepanjangan
-__-" 

Sabtu, 17 Maret 2012

Astra 1st ITB "Widen Your Comfort Zone" - part 2.1

Pertemuan kedua Astra 1st ITB “Widen Your Comfort Zone” dilaksanakan di Gedung BSC A ITB pada 10 Maret 2012. Para peserta sebelumnya meregistrasi ulang kehadirannya. Berbeda dengan sebelumnya, kuro dan teman-teman diberikan sebuah kaos Astra1st berwarna biru untuk dipakai selama berkegiatan Astra ini. Sayangnya sabtu ini kami tidak jadi pergi mengunjungi salah satu cabang astra di Bandung, meskipun begitu acara yang sudah disiapkan kakak-kakak panitia juga menarik. Pada pertemuan kali ini juga dibagi menjadi 2 sesi yang sama-sama merupakan seminar diskusi.
Sesi pertama dibawakan oleh Kak Puti, alumni ITB yang kini telah aktif setahun di Astra. Kak Puti membawakan materi mengenai public speaking yang tentunya akan berguna untuk aktif di sosial.


Dare to be a Public Speaker

Cause how we talk (also) defines who we are...

Komunikasi merupakan salah satu hal / proses dalam membangunbranding yang kita miliki. Komunikasi merupakan sesuatu yang penting karena apa yang ingin kita bawa, apa yang kita ingin sampaikan, apa yang ingin kita bicarakan perlu dimengerti oleh orang lain. Komunikasi itu penting karena cara kita berkomnukasilah yang menentukan siapa kita. Terkadang kita selalu merasa missunderstanding, tidak mendengar, mengulang pernyataan yang kita bicarakan, dll. Hal ini dikarenakan kita belum sepenuhnya berkomunikasi dengan efektif.

Nah, bagaimana caranya berkomunikasi?



 1.    Listen don’t hear
Kita harus bisa membedakan listening dan hearing. Hearing itu hanya mendengar, baik itu sekilas maupun lama, namun terlalu sering kita abaikan. Berbeda dengan Listening yaitu kita mendengar atau memperhatikan orang lain ketika mereka berbicara, berpendapat, berargumentasi, dll. Dalam listening kita perlu memusatkan perhatian kita pada lawan bicara kita. Mudahnya, kita harus mampu mengambil inti pembicaraan, mengerti maksud pembicaraan dan mampu mengulang / repetisi apa yang dinyatakan oleh lawan bicara.

2.    Build raport
Kita perlu membangun dulu sikap berkomunikasi. Di sini kita perlu melatih berkomunikasi menggunakan intonasi, gesture, dan eye contact. Tentunya komunikasi dengan seseorang yang memiliki hal tersebut akan lebih menarik. Tanpa intonasi, komunikasi akan terdengar membosankan, monoton, dan kurang enak didengar. Tanpa gesture, komunikasi akan membosankan dan terkesan kaku. Salah satu yang penting yaitu eye contact, jika kita tidak memperhatikan atau memandang lawan bicara kita, tentunya komunikasi yang dilakukan seolah tidak serius dan tidak menghormati lawan bicara.
Komunikasi yang kita lakukan sebenarnya terbagi menjadi komunikasi verbal dan non-verbal. Faktanya, komunikasi non-verbal (gesture, eye contact,dll.) memberikan efek yang cukup besar dalam kepemahaman orang lain memahami komunikasi kita dibandingkan dengan komunikasi verbal. Perbandingan komunikasi ini sekitar 97% untuk komunikasi non-verbal dan 3% komunikasi verbal.

3.    Choose word carefully
Terkadang kita salah bicara, tidak berpikir panjang, dan ambigu dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi kita perlu memperhatikan apa yang ingin kita sampaikan. Oleh karena itu kita perlu menghindari ambiguitas, harus mengetahui lawan bicara, menggunakan bahasa mereka, dan mengerti posisi. Kita harus bisa membedakan cara bicara kita kepada bos, kakak senior, teman, keluarga, dll.


 



Nah, biasanya jika baru pertama kali ber-public speaking itu...


   




Why ???

the reason is... OPO


because you are self absorbed, you think people are analyzing in you
Bahasa gampangnya... Demam panggung ( atau ke-GR-an gara-gara diperhatiin orang banyak)



Berbicara di depan umum bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti atau dikhawatirkan. Memang cukup sulit bila berbicara untuk pertama kalinya. Kita pasti merasa minder, takut, berkeringat, ragu, khawatir, dll. Hal ini biasanya disebabkan karena penyakit yang dinamakan demam panggung. Kita terlalu memperhatikan opini orang lain terhadapap diri kita. Hal ini justru yang membuat kita tidak nyaman untuk berbicara atau berlama-lama di depan umum.

Dalam public speaking, kita perlu mengetahui beberapa hal sebelum berbicara di lingkungan sosial. Kita perlu paham topik yang kita bawakan, apa maksud dari yang kita bawakan, siapa pendengar kita, kapan dan dimana kita berbicara. Agar tidak membosankan, kita perlu memberikan contoh, analogi agar lebih mudah dipahami, sedikit dibumbui oleh candaan, dan penuh interaksi dengan audiensi. 

Your content should be in your head not in your notes

Your notes are place holders to trigger what's in your head

 
Beberapa tips dalam public speaking:
•    Prepare! Prepare! Prepare!
•    Practices make perfect
•    Relax
•    Pray


Kesalahan dalam public speaking bukanlah sesuatu yang fatal. Ragu-ragu itu tidak masalah. Bahkan public speaker yang bagus pun akan merasa sedikit nervous beberapa detik sebelum berkomunikasi di depan orang banyak. Hal yang penting kita ketahui adalah kita tidak boleh menyerah dan jangan terlalu memperhatikan opini orang terhadap kita. Masukkan memang penting tapi jangan juga jadi penghambat dalam meningkatkan skill speaking kita.



OK. sesi 2 coming soon...




source gambar:
glossophobia.com
alljewishlinks.com
onecraftymother.com
picturesof.net