Ada tiga hal yang dilihat oleh perusahaan / lapangan kerja, yaitu minat, potensi, dan kompetensi (soft competence + hard competence). Ketiga hal tersebut perlu kita perhatikan sebab jika kita hanya mengandalkan salah satu saja, tentu akan sulit. Minat diperlukan untuk menjaga passion, kenyamanan dan kesenangan kita dalam bekerja, potensi diperlukan agar kita mampu melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik, dan kompetensi menunjukkan kemampuan dan kesiapan kita di lingkungan kerja tersebut.
Dalam dunia kerja, kebanyakan orang lebih mempertimbangkan income yang akan mereka terima di sana. Pertimbangan lapangan kerja yang perlu kita lakukan di antaranya income per tahun ( yang sudah termasuk income tambahan), pengembangan / pembinaan, fasilitas, tunjangan, community, respect, responsibility, dll. Menurut beliau, kerja itu yang penting kita nikmatin dulu, sisanya belakangan. “Ketika Anda menikmati apa yang Anda kerjakan, Anda tidak akan tahu berkah yang akan datang tiba-tiba”.
Dalam branding, salah satu yang perlu kita perhatikan adalah kebiasaan kita karena kebiasaan yang kita lakukan dapat menjadi pola, stimulus, hingga kepribadian, dan dicap sebagai branding. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dan memperbaiki kebiasaan buruk kita. Pada dasarnya, hal tersebut dapat diubah, yang penting kita harus tahu dulu apa yang perlu diubah.
Dalam menjalani hidup, ada beberapa hal yang patut kita renungi, misalnya apa sih yang kita cari dalam hidup ini? Atau sudahkah kamu bersyukur?. Kita tidak boleh melupakan nikmat Allah dan kita perlu mengetahui hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk membalas-Nya. Denganh memperhatikan hal ini tentunya kita akan semakin berusaha belajar dan bekerja agar dapat beramal di jalan-Nya. Satu lagi yang tidak boleh kita lupakan adalah peran kita, baik sebagai anak, mahasiswa, kakak, muslim, pekerja, dll.
Tidak penting setinggi apa peran kita, yang penting adalah bagaimana kita mampu berkontribusi dengan peran yang kita miliki. Mengerti peran akan menjadikan kita orang yang dewasa psikologis yaitu mampu mandiri dalam mencapai tujuan hidup kita. Ingat kebutuhan psikis merupakan kebutuhan utama di samping kebutuhan fisik.
Dalam sosial, kita perlu membina hubungan kepercayaan dan networking pada orang lain. Kita dapat menggunakan prinsip rekening bank emosi seperti yang dipaparkan dalam 7 Habits. Dalam berhubungan dengan orang lain, kita perlu memerlukan kebaikan terlebih dahulu untuk mencapai kepercayaannya.
Taburlah pikiran, tuailah perbuatan
Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan
Taburlah kebiasaan, tuailah karakter
Taburlah karakter, tuailah nasib
Sebenarnya materi 7 Habits sendiri sudah pernah kuro dapatkan, namun Pak Wicung memberikan penjelasan kembali agar tambah paham. 7 Habits sendiri sesuai namanya terdiri dari 7 kebiasaan yang menopang kemandirian dan saling berhubungan secara filosofi dan implementasinya. Ketujuh kebiasaan tersebut yaitu:
1. Be proactive (Jadilah Proaktif)
2. Begin with the end of mind (Mulailah dengan Tujuan Akhir)
3. Put first thing first (Dahulukan yang Utama)
4. Think win-win (Berpikir Menang-Menang)
5. Seek first to understand then to be understood (Memahami Dahulu Baru Dipahami)
6. Synergize (Lakukan Sinergi)
7. Sharpen the saw (Asahlah Gergaji)
Kebiasaan merupakan integrasi dari pengetahuan, kemampuan, dan kemauan dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Kebanyakan hanya memiliki dua sisi yang kurang utuh sehingga kebiasaan yang dimunculkan merupakan kebiasaan yang tidak efektif. Di samping itu, kebiasaan pun disapatkan melalui siklus see-do-get. Dengan adanya pemahaman siklus tersebut, maka kita mampu menciptakan sebuah paradigma sebagai dasar dari kebiasaan baru. Pertama yang kita lakukan adalah melihat, mengetahui apa yang ingin kita capai. Setelah itu lakukan aksi sebagai realisasi kenginan dan tujuan kita. Pada akhirnya kita akan mendapatkan apa yang ingin kita capai. Hal ini berlangsung secara kontinu.
7 habits-nya lain waktu ya... ntar kepanjangan
-__-"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar